
Wartawan , Lina Ayu
, JAKARTA — Dengan kebutuhan air minum kurang lebih 1.146 ml per orang per hari, air minum yang dikonsumsi berisiko tinggi terkena paparan BPA.
Penyakit fatal akibat paparan BPA di atas ambang batas keamanan jelas membutuhkan perawatan kesehatan jangka panjang yang berpotensi meningkatkan pendanaan kesehatan.
Pusat Kebijakan Keuangan dan Manajemen Jaminan Kesehatan (KPMAK Center) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian tentang pengaruh kandungan BPA pada air minum dalam kemasan (AMDK). biaya kesehatan.
Anggota Dia Ayu Puspandari, seorang peneliti, mengatakan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghitung beban penyakit (disease cost) dari efek paparan BPA.
”Infertilitas merupakan salah satu penyakit yang dipilih dalam penelitian ini,” jelasnya. Karena biaya dan pelayanan infertilitas tidak termasuk dalam paket manfaat BPJS, maka biaya pelayanan kesehatan tetap ditanggung sendiri oleh pasien.
“Biaya yang diperhitungkan adalah biaya langsung dari pelayanan infertilitas. Referensi juga diperhitungkan yang menyediakan data yang relevan, seperti paparan BPA dan data lain yang terkait dengan kejadian infertilitas, yang berkontribusi 4,5 kali lebih banyak terhadap infertilitas di Indonesia. “Dia berkata. Baru-baru ini di Hotel Shangri-La di Jakarta.
Diah menjelaskan, data ini digunakan untuk menghitung total beban biaya infertilitas yang terkait dengan paparan BPA dalam air minum kemasan galon, dan perhitungannya berkisar antara Rp 16 triliun hingga Rp 30,6 triliun untuk biaya kesehatan.
”Biayanya cukup sedikit, tapi itu pasti menjadi beban masyarakat yang harus kita tanggung sendiri,” kata Dia.
Di sisi lain, masalah kemandulan dan masalah kesuburan perkawinan merupakan masalah di masyarakat dan menjadi beban sosial yang cukup kompleks.
Untuk alasan ini, perhatian yang signifikan harus diberikan pada revisi aturan pelabelan BPA untuk kemasan galon.
Namun, melindungi dari paparan zat yang mengancam kesehatan bukan hanya tanggung jawab BPOM atau sektor kesehatan, itu adalah upaya bersama yang komprehensif. Termasuk tanggung jawab sektor industri untuk menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan.
“Dari pengamanan bahan baku hingga pengamanan proses distribusi ke pengguna akhir atau konsumen,” ujarnya.
Emisi BPA dari air minum dalam kemasan sangat dipengaruhi oleh perlakuan penyimpanan, seperti pemilihan bahan kemasan/galon, dan paparan sinar matahari terhadap pembuangan selama distribusi.
Revisi peraturan pelabelan untuk kemasan akan berdampak signifikan dalam memberikan informasi/literasi kepada departemen SDM yang terlibat langsung.
“Pada akhirnya, pelabelan diharapkan berperan dalam meminimalkan paparan BPA ke konsumen akhir,” tambahnya.
Artikel soal Peneliti UGM Mengungkap Bahaya BPA Dalam Galon Yang Dapat Digunakan Kembali dapat Anda temukan pada Berita dan author oleh admin